Setelah sekian lama...
akhirnya aku nulis di blog ini lagi. Setelah kemarin sempat berkirim chat sama temen lama, dan tahu dia masih aktif ngeblog. Aku kok, jadi ingat blog
yang sudah berdebu ini. Pftt... hoek hoek.
Bukan lupa...
Aku masih ingat. Hanya saja kadang bingung mau nulis apa. Apa yang mau dibagikan. Sedangkan hidupku nggak menarik blas.
Nah, karena aku masih
bingung buat nulis apa. Maka sekembalinya aku ke blog ini lagi, aku menyapa
bersama bos bos kecil di rumah.
Tiga Pasukan Bulu
Sekarang aku punya tiga kucing di rumah. Dua, berusia hampir tiga tahun yang aku adopt dari salah satu kenalan. Dan yang satunya berusia 3 bulan (mungkin).
Mereka tidak hanya bos kecil yang menguasai rumah tapi juga temanku. Teman main, teman curhat, teman berantem, teman yang suka ngrecokin waktu bersih-bersih rumah.
Oke aku ajak kenalan dulu
sama mereka ya.
Jeno – Si Pemalu dan Paling Ramah
Nama panggilannya Nyonyo.
Aku nggak tahu dia ini
jenis kucing apa. Dan jangan tanya juga... karena aku nggak ngerti, nggak tahu
jenis-jenis kucing dan biasanya nggak begitu peduli.
Jeno aku adopt dari
kenalanku... terdorong adopsi kucing waktu itu sebagai pengalihan dari rasa sedih
sebenarnya. Aku sengaja memilih mengadopsi bukan membeli. Kebetulan kenalanku
ini memang punya banyak kucing, di rumahnya sudah ada 19 katanya dan induknya
Jeno melahirkan enam anak kucing yang kebetulan semuanya dilepas adopsi saat
berusia empat bulan.
Tanpa embel-embel mahar.
Sejak awal aku tertarik
dengan Jeno, karena dia sudah tampan paripurna dari lahir. Bulunya cokelat
susu, ekor panjang, anaknya aktif dan sifatnya ramah. Bahkan sampai dia dewasa,
dia jadi kucing yang paling ramah di antara ketiga saudaranya. Penakut sama
orang baru, tapi selalu jadi yang pertama mendekat kalau ada tamu dan menyapa
dengan hangat.
Dia juga yang paling care,
mungkin karena si sulung kali ya. Dia nggak ragu memeriksa keadaan adik-adiknya
jika salah satu dari mereka kena marah atau terjadi sesuatu.
Misalnya, kalau aku
memutar suara bayi menangis atau suara anak kucing, Jeno yang akan pertama kali
datang memeriksa untuk memastikan apa yang sedang terjadi. Dia juga sangat
ramah dengan anak-anak loh, beberapa kali keponakan atau teman yang membawa anaknya datang ke
rumah dan main bareng mereka.
Hobinya naik jendela
sambil melihat pemandangan di luar.
Cuma ya, dia itu pemalu
dan penakut banget. Sama suara hair dryer aja takut. Dia punya sesi menyendiri
sepertiku, nggak mau diganggu. Biasanya bakal milih tidur di atas lemari, dan
jangan coba ganggu dia kalau sudah begini.
![]() |
Aku baru sadar, betapa sedikitnya foto Jeno, karena dia memang lebih suka menyendiri dan pemalu. |
Di antara saudaranya, Jeno
yang paling lembut hatinya. Nggak bisa dibentak, nggak bisa denger suara kasar
sedikit pun karena pasti akan langsung takut. Makanya aku paling hati-hati saat
ngomong atau bersikap sama dia.
Aku beri dia nama Jeno,
karena... uhm.
![]() |
Orang ini. |
Ucil – Si Paling Manja Sedunia
Kucing oyen dengan ekor
bengkok yang selalu bergoyang setiap saat.
Anak ini sebenarnya tidak
masuk dalam daftar adopsiku. Karena waktu itu aku hanya mau Jeno. Tapi
pemiliknya bilang, mereka berdua ini tidak bisa dipisahkan. Dari enam saudara,
mereka selalu berdua, nempel terus pokoknya. Dan Ucil ini berbeda dengan Jeno
yang sehat, bersih dan tampan saat pertama kali aku lihat. Ucil tubuhnya kurus,
perutnya buncit seperti cacingan. Sering mengalami kondisi yang disebut
konjungtivitis sehingga butuh perhatian lebih. Dia juga sering flue waktu kecil
dibanding si kakak.
Ucil tumbuh lebih aktif
dari kakaknya, suka eksplore dan lari-lari sampai manjat gorden. Tipikal oyen
sih, ya.
Tapi dia nggak terlalu
suka keluar rumah. Dia lebih mirip aku di sisi itu, sebagai anak rumahan.
Dia yang awalnya nggak
diinginkan malah jadi anak paling manja, paling pintar ngrayu, suka nempel dan
nyari perhatian. Bahkan cuma dia yang berani bangunin aku tidur. Entah Ucil
menganggapku sebagai apa, tapi hobinya adalah berbaring di atasku dan
memijit-mijit (hanya dia yang suka mijitin aku). Dia juga sering mengusir
saudaranya yang sedang manja-manja di pangkuanku misalnya, seolah aku nggak boleh
memperhatikan yang lain selain dia.
Jika Jeno pemalu, Ucil
nggak peduli dengan yang lain selain aku. Dia tidak pernah mendekat dengan
orang lain. Hanya memperbolehkan aku yang menyentuhnya. Maka jika ada orang
lain di rumah, dia akan memilih untuk sembunyi, menjauh atau melakukan apa yang
dia inginkan tanpa peduli dengan orang lain. Tipe cuek yang nggak peduli
sekitar, sekali lagi dia seperti aku di sisi ini.
Dari segi karakter, Ucil
ini lebih santai dibanding Jeno. Nggak baperan, nggak mudah tersinggunga atau
takut. Tapi jangan coba bikin dia marah, kalau nggak mau dicuekin seharian
penuh.
Bisa dibilang dia paling
care sama aku. Dia selalu bisa merasakan saat aku nggak baik baik saja. Dia akan
mendekat, mencoba menempel sampai aku merasa mendingan. Bahkan nggak jarang,
dia mendekat buat memeriksa keadaanku yang lagi mewek jelek cuma gara-gara
nonton film.
Karena obesitas, Ucil kini
jadi pemalas, nggak seaktif waktu kecil dulu. Kerjaannya ya, makan-tidur.
Nama Ucil diberikan juga
karena tubuhnya yang waktu itu kecil mungil dan aku bingung mau kasih nama apa,
karena dia nggak pernah masuk dalam agenda hidupku. Tapi justru yang membuatku
merasa... lebih hidup.
Jeno dan Ucil terbukti
nggak bisa terpisahkan. Sejak kecil bahkan sampai besar, mereka suka tidur
bersama. Meski dewasa ini, mereka lebih sering menghabiskan waktu sendiri
sendiri. Mungkin karena sudah punya hobi masing-masing hahaha...
Tidak jarang, Ucil jadi
nggak tenang waktu Jeno menghilang (anak ini suka menghilang, suka main, pernah
nggak pulang selama 8 jam hingga terkunci di rumah tetangga). Saat itu, Ucil
terlihat kalut bahkan nggak mau makan. Jadi keputusan tepat bukan, saat aku
setuju untuk mengadopsi mereka berdua pada akhirnya.
![]() |
Foto terakhir mereka, beberapa hari lalu. Masih suka tidur bareng. |
Winter – Si Pinter dan Jahil yang Hobi Gangguin Orang
Awalnya aku merasa sudah
cukup dengan Jeno dan Ucil. Tidak pernah terpikir menambah bos baru di rumah. Tapi
saat menemukan anak ini di jalan, (kucing oyen dengan ekor buntung) hujan deras
dan menangis sendirian, menjelang malam. Aku nggak bisa menghentikan diri
sendiri buat bawa dia pulang ke rumah.
Apalagi dengan keadaan
tubuh penuh dengan scabies.
Ya, bagian tubuhnya
mengeras mulai dari telinga, kepala, sebagian wajah, kaki, ekor dan bagian
bawah tubuhnya. Kondisinya benar-benar mengkhawatirkan. Aku nggak yakin berapa
usia dia waktu aku temukan di pertengahan Juni. Yang jelas dia masih berusia di
bawah empat minggu, karena saat itu aku bahkan belum bisa mengenali jenis
kelaminnya. (Maka aku beri nama Winter karena saat itu bertepatan dengan
fenomena bediding).
Aku bawa dia pulang, aku
bersihkan dan obati. Tapi saat itu, belum muncul rasa sayang. Aku bahkan biarin
dia tidur di garasi karena takut menularkan scabies ke Jeno dan Ucil. Pada
keesokan harinya, aku coba keluarkan dia. Biarkan dia main di luar dan tidak
terpikir akan merawatnya. Tapi saat menjelang sore, melihat dia meringkuk di
depan rumah... Nggak tega juga rek. Jadi aku biarkan dia masuk lagi dan tidur
di garasi. Mulai obati scabiesnya dan bersihkan tubuhnya dengan rutin.
Sampai di malam ketiga dia
di rumah, nafsu makannya menghilang, Winter jatuh sakit, tiba-tiba sesak napas
dan lesu. Aku tahu, mungkin itu gejala awal pneumonia. Jadi aku biarkan dia
tidur di dalam rumah, karena di garasi dingin banget, udah pasti ya kan...
Aku siapkan tempat, aku
hangatkan tubuhnya, aku temani sambil mengelusnya sepanjang malam waktu itu. Aku
janji sama diri sendiri, kalau anak ini bertahan aku akan biarkan dia tinggal
di rumah.
Untungnya dia kuat dan
bertahan. Keesokan harinya, dia sudah mulai membaik. Mau makan meski cuma sedikit.
Dan benar saja, itu gejala
pneumonia. Anak ini juga cacingan parah selain scabies di sekujur tubuhnya. Tapi karena anaknya cukup
bisa diajak kerja sama waktu diobati dan dibersihkan, scabiesnya pun sembuh
dengan cepat. Winter bahkan paling pinter waktu minum obat dibandingkan kedua
kakaknya. Dia bisa makan vitamin minyak ikan dan dikunyah seperti permen,
sementara kedua kakaknya harus dicekokin dulu atau dicampur di makanan.
Dia suka banget gangguin
kedua kakaknya. Jahil dan sangat aktif lari-larian sepanjang rumah. Pokoknya
kalau nggak gangguin Jeno, ya Ucil. Lalu beralih gangguin aku. Dia ini, super
jahil deh.
![]() |
Sama sepertku, Winter suka banget nonton. Terutama film horrror. |
Anak ini yang bikin aku
paling semangat beliin mainan, soalnya dia suka banget main. Berbeda sama Jeno dan
Ucil yang cenderung lebih suka main bareng dibandingkan main dengan mainan yang
aku belikan.
Sejujurnya, kehadiran
Winter sempat enggak diterima sama Ucil. Ucil bahkan ngambek, kehilangan nafsu
makan dua minggu penuh saat Winter masuk ke rumah. Ucil akan mengerang dan
memberikan penolakan saat Winter mendekat. Tapi untungnya dia nggak melukai
Winter ya, karena Ucil jauh dari kebanyakan oyen yang biasanya bar-bar.
Untungnya, setelah
berjalan hampir satu bulan, Ucil bisa mulai menerima keberadaan Winter.
![]() |
Foto pertama Winter bersamaUcil. |
Oh ya, belakangan aku baru tahu kalau Winter ini cowok. Dan dia makin cakep dari hari ke hari.
Uhm... kira-kira begitu deh. Panjang banget. Ya, pokoknya senang bisa kembali lagi.
Alhamdulillah, aktive lagi ngeblognya
ReplyDeleteAyo rajin dan gaskan
Wah nama nama kuncingnya unik sekali
Saya ada banyak kucing, ada puluhan. Di tempat saya, jadi pembuangan kucing, aduh sebel banget. Kan jadi bingung kasih makan.
Sempat ada yang dibawa ke dokter hewan, eh ternya ongkosnya gede, mengalahkan berobatnya manusia :D
Siap... udah semangat buat ngeblog lagi nih.
DeleteAlhamdulillah bisa berkunjung ke sini lagi kak, salam untuk kucing-kucingnya hehe,,
ReplyDeleteSukses sehat selalu kak 👍
Aaamiin... salam balik dari mereka hehehe. Terima kasih sudah membantu mengembalikan semangat ngeblog aku ya.
Deletewelcom back mbak, semoga bisa nulis terus :)
ReplyDeletega kebayang sih kucing-kucing mbak eva punya sifat kayak manusia, ada yang pendiem, aktif, jahil, pastinya bisa membua hari-hari jadi lebih berwarna :D
Terima kasih... Mudah-mudahan semangat ngeblognya nggak kendur lagi ya. Hehehe emang mereka bikin hidupku makin hidup sih.
Delete