“Ratu Ratu Queens: The Series” Netflix memperlihatkan sisi lain dari fakta tentang hidup di negeri orang yang terkadang terlihat glamor dan menyenangkan. Di sini sisi itu dikupas lebih dalam dan jujur. Melalui Party (Nirina Zubir), Chinta (Happy Salma), Ance (Tika Panggabean), dan Biyah (Asri Welas), kita semua dibawa untuk melihat realita betapa sulitnya hidup jauh dari rumah dan keluarga.
Sinopsis
Judul:
Ratu Ratu Queens: The Series
Jumlah episode: 6
(37–51 menit per episode)
Rilis: 12
September 2025
Platform:
Netflix
Sutradara:
Lucky Kuswandi
Penulis:
Andri Cung
Produksi:
Palari Films
Setting waktu:
Sekitar 8 tahun sebelum film Ali & Ratu Ratu Queens
Serial ini mengisahkan empat perempuan imigran asal Indonesia yang menetap di Queens, New York:
Ada Party, yang baik banget,
suka nggak enakan, punya mimpi dan semangat hidup tinggi, meski masalah datang
bertubi-tubi.
Ance, yang paling keras
kepala, terbiasa menyimpan lukanya sendiri karena harus jadi single mom yang
super kuat, tapi sebenarnya hatinya paling hangat.
Chinta, yang sedang patah
hati karena pernikahannya tiba-tiba kandas dan tidak tahu apa yang harus ia
lakukan. Karena selama ini hidup bergantung dengan ekspektasi orang lain. Ia
berusaha bertahan untuk menemukan jati diri dan tujuan hidupnya kembali.
Biyah, sosok wanita yang penuh
mimpi, mendambakan hidup bebas namun harus tersadarkan oleh dunia nyata yang
keras, bahwa arti kebebasan bukan hidup seenaknya, melainkan berani menghadapi
konsekuensi dari perbuatannya.
Setting series ini mundur ke
tahun 2000-an, mengisahkan bagaimana mereka pertama kali menginjakkan kaki di
Queens, New York. Dengan segala mimpi dan ketakutan yang mereka bawa, kita akan
melihat bagaimana Chinta, yang bimbang dan penuh luka, bertemu dengan Party
yang ceria dan penuh semangat. Tak lama, mereka bertemu Ance dan Biyah yang
sama-sama berjuang di negeri orang.
Mereka datang dengan latar
belakang berbeda, tapi akhirnya membentuk semacam keluarga. Dari bekerja
serabutan, menghadapi masalah utang, dokumen imigrasi yang rumit, sampai
kehilangan orang tersayang, semuanya jadi bagian dari cerita.
Konflik mereka bukan melulu
soal “drama tragis”, tapi hal-hal realistis yang sering dialami para pekerja
migran, seperti dikejar tagihan, homesick, sampai harus pura-pura tegar padahal
rapuh di dalam.
Review Ratu Ratu Queens The
Series: Kisah Persahabatan, Perjuangan, dan Harapan di Negeri Orang
Serial ini mengisahkan empat perempuan imigran asal Indonesia yang menetap di Queens, New York:
Yang paling aku suka dari
series ini adalah kejujuran dalam penceritaannya. Tidak ada usaha untuk memoles
kehidupan imigran biar tampak indah. Sebaliknya, kita diajak melihat sisi
pahitnya, tapi tetap dengan sentuhan humor dan kehangatan khas orang Indonesia.
Ada banyak momen kecil yang
bikin aku merasa dekat dengan karakter-karakternya. Misalnya, saat saling
berbagi makanan Indonesia buat ngobatin kangen, hingga mencoba hidup rukun di
tengah apartemen sempit. Rasanya kayak reminder kalau “rumah” bukan soal
tempat, tapi orang-orang yang ada di sekitar kita.
Dari segi akting, para
pemerannya tampil natural, jauh dari kesan dibuat-buat. Chemistry antar “Ratu
Ratu” juga terasa hidup, bikin aku percaya kalau mereka benar-benar satu geng
yang saling menopang.
Soal teknis, sinematografi
New York ditampilkan apa adanya. Jalanan Queens yang kumuh, apartemen sempit
bahkan toko kecil. Jadi jangan bayangkan gedung pencakar langit dan Central
Park. Justru ini yang bikin series terasa grounded.
“Ratu Ratu Queens: The
Series” bukan cuma ceritanya, tapi makna-makna kecil yang muncul
di balik adegan sederhana. Rasanya kayak lagi duduk bareng sahabat, ngobrol
jujur soal hidup, pahit-manisnya, dan gimana kita tetap bisa jalan terus.
Aku juga suka gimana series
ini memperlihatkan humor sebagai senjata bertahan. Banyak adegan bikin ketawa
bukan karena hidup mereka mudah, tapi karena itu satu-satunya cara biar nggak
hancur. Dan jujur, itu terasa sangat manusiawi.
Akhirnya, buatku makna
terbesar dari series ini ada di harapan kecil yang terus dipelihara. Mungkin
mereka nggak bisa menggapai mimpi setinggi langit, tapi tetap ada alasan buat
bangkit setiap pagi, demi anak, demi keluarga di rumah, atau sekadar demi diri
sendiri.
Bisa nggak nonton seriesnya,
tapi belum nonton “Ali & Ratu Ratu Queens”? Bisa banget. Karena
series ini adalah prekuel, setting waktunya terjadi 8 tahun sebelum film. Selain
itu ada beberapa benang merah yang menghubungkan keduanya dan cukup kasih
nostalgia. Bahkan karakter-karakternya juga konsisten, seperti Biyah yang di
film dijelaskan nggak boleh dikasih pegang uang, di sini dikupas tuntas tuh
alasannya. Dan karakter Party yang bisa dengan gampang menerima Ali, juga
diperlihatkan alasannya di sini.
Jadi, setelah nonton “Ratu
Ratu Queens: The Series”, aku merasa diingatkan lagi, bahwa hidup nggak harus
sempurna biar bisa dijalani. Kadang cukup punya orang-orang yang mau ketawa dan
nangis bareng kita, itu sudah lebih dari cukup. Buatku, series ini berhasil
menangkap esensi “berjuang di negeri orang” tanpa drama berlebihan. Hangat,
getir, tapi jujur sekaligus menghibur.
kalo nonton series ini terasa banget memang perjuangan di negeri orang, bertahan hidup dengan segala kerasnya pekerja'an, itu susah banget kalo gak ada tekad dan harapan :)
ReplyDeleteBener banget. Kemarin nonton ini waktu lagi burnout terus jadi semangat lagi deh...
ReplyDelete